Apa itu kemampuan kognitif? Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang mencakup kegiatan mental(otak). Artinya, kemampuan yang mengandung segala upaya yang menyangkit aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Ranah ini memiliki 6 aspek, yaitu; Aspek pengetahuan, Aspek pemahaman, Aspek penerapan, Aspek analisis, Aspek sintesis, dan , Aspek penilaian/penghargaan.
Kognitif dalam bahasa Latin cognitio yang berarti pengenalan. Istilah ini mengacu baik kepada perbuatan atau proses mengetahui maupun pengetahuan itu sendiri. Proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Semua bayi manusia sudah berkemampuan menyimpan informasi-informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran, dan informasi-informasi yang diserap oleh indra-indra lain.
Depdiknas (2007:3), kemampuan kognitif merupakan salah satu dari bidang pengembangan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak mampu megolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternative pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti.
Dan selama ini permainan asah otak telah dianggap mampu meningkatkan kemampuan kognitif tersebut, seperti memori kerja, penalaran dan kecepatan pemrosesan di otak. Akan tetapi, baru-baru ini, tim peneliti dari Florida State University melakukan studi yang hasilnya justru menunjukkan dimana permainan asah otak ternyata tidak banyak meningkatkan kemampuan memori maupun mencegah penurunan kognitif lainnya.
Tim peneliti sebelumnya memastikan bahwa hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan jenis permainan ini dapat memperbaiki hidup dengan cara yang berarti, tapi tidak membantu kita mengingat di mana kita meletakkan kunci mobil.
Daripada hanya bergantung dengan permainan asah otak, para peneliti menyarankan beberapa aktvitas yang dapat membantu membentuk jaringan saraf baru di otak, sehingga membuat organ tersebut bekerja lebih baik bahkan di usia tua. Apa saja?
1. Berolahraga
Berolahraga secara teratur lebih efektif meningkatkan kesehatan otak dibanding pelatihan otak. Berolahraga dapat membantu mengurangi resistensi insulin, inflamasi, dan merangsang pelepasan senyawa kimiawi di otak yang dapat menyehatkan sel-sel otak, merangsang produksi pembuluh darah dan sel-sel baru di otak.
Studi tahun 2016 menemukan bahwa berolah raga secara rutin dan berkelanjutan dapat memperlambat atau bahkan membalikkan perubahan biologis yang menyebabkan demensia di kalangan pria dan wanita dengan gangguan kognitif ringan.
Setelah berolahraga selama 45 menit empat kali seminggu dalam enam bulan, orang dewasa dengan masalah memori menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir dan penurunan kadar racun protein tau di otak. Olah raga dapat menyebabkan peningkatan aliran darah ke area otak yang biasanya terbatas pada orang yang mengalami hilang ingatan.
2. Bermain alat musik
Kemampuan untuk mempelajari keahlian baru di usia tua dapat membantu membuat koneksi baru di otak. Hasil pemindaian otak menunjukkan bahwa corpus callosum—kumpulan serat saraf yang menghubungkan dua sisi otak—pada musisi jauh lebih besar ketimbang non musisi. Lebih dari itu, pelatihan musik dapat meningkatkan ingatan verbal, penalaran spasial, dan kemampuan literasi.
3. Belajar bahasa baru
Orang dwibahasa memiliki lebih banyak keuntungan jika menyangkut kesehatan otak. Studi tahun 2014 menemukan bahwa orang yang berbicara dengan lebih dari satu bahasa lebih baik dalam menyaring kata-kata yang tak diperlukan ketimbang orang yang bicara hanya dalam satu bahasa.
Para peneliti meyakini, kondisi tersebut terjadi karena dengan aktif berbicara dengan lebih dari satu bahasa merupakan latihan otak yang konstan. Meski mungkin belum tentu membuat Anda lebih pintar, belajar bahasa baru dapat membuat otak tetap sehat dan aktif.
Kognitif dalam bahasa Latin cognitio yang berarti pengenalan. Istilah ini mengacu baik kepada perbuatan atau proses mengetahui maupun pengetahuan itu sendiri. Proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Semua bayi manusia sudah berkemampuan menyimpan informasi-informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran, dan informasi-informasi yang diserap oleh indra-indra lain.
Depdiknas (2007:3), kemampuan kognitif merupakan salah satu dari bidang pengembangan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak mampu megolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternative pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti.
Dan selama ini permainan asah otak telah dianggap mampu meningkatkan kemampuan kognitif tersebut, seperti memori kerja, penalaran dan kecepatan pemrosesan di otak. Akan tetapi, baru-baru ini, tim peneliti dari Florida State University melakukan studi yang hasilnya justru menunjukkan dimana permainan asah otak ternyata tidak banyak meningkatkan kemampuan memori maupun mencegah penurunan kognitif lainnya.
Tim peneliti sebelumnya memastikan bahwa hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan jenis permainan ini dapat memperbaiki hidup dengan cara yang berarti, tapi tidak membantu kita mengingat di mana kita meletakkan kunci mobil.
Daripada hanya bergantung dengan permainan asah otak, para peneliti menyarankan beberapa aktvitas yang dapat membantu membentuk jaringan saraf baru di otak, sehingga membuat organ tersebut bekerja lebih baik bahkan di usia tua. Apa saja?
1. Berolahraga
Berolahraga secara teratur lebih efektif meningkatkan kesehatan otak dibanding pelatihan otak. Berolahraga dapat membantu mengurangi resistensi insulin, inflamasi, dan merangsang pelepasan senyawa kimiawi di otak yang dapat menyehatkan sel-sel otak, merangsang produksi pembuluh darah dan sel-sel baru di otak.
Studi tahun 2016 menemukan bahwa berolah raga secara rutin dan berkelanjutan dapat memperlambat atau bahkan membalikkan perubahan biologis yang menyebabkan demensia di kalangan pria dan wanita dengan gangguan kognitif ringan.
Setelah berolahraga selama 45 menit empat kali seminggu dalam enam bulan, orang dewasa dengan masalah memori menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir dan penurunan kadar racun protein tau di otak. Olah raga dapat menyebabkan peningkatan aliran darah ke area otak yang biasanya terbatas pada orang yang mengalami hilang ingatan.
2. Bermain alat musik
Kemampuan untuk mempelajari keahlian baru di usia tua dapat membantu membuat koneksi baru di otak. Hasil pemindaian otak menunjukkan bahwa corpus callosum—kumpulan serat saraf yang menghubungkan dua sisi otak—pada musisi jauh lebih besar ketimbang non musisi. Lebih dari itu, pelatihan musik dapat meningkatkan ingatan verbal, penalaran spasial, dan kemampuan literasi.
3. Belajar bahasa baru
Orang dwibahasa memiliki lebih banyak keuntungan jika menyangkut kesehatan otak. Studi tahun 2014 menemukan bahwa orang yang berbicara dengan lebih dari satu bahasa lebih baik dalam menyaring kata-kata yang tak diperlukan ketimbang orang yang bicara hanya dalam satu bahasa.
Para peneliti meyakini, kondisi tersebut terjadi karena dengan aktif berbicara dengan lebih dari satu bahasa merupakan latihan otak yang konstan. Meski mungkin belum tentu membuat Anda lebih pintar, belajar bahasa baru dapat membuat otak tetap sehat dan aktif.