Apabila kita membicarakan tentang surat, kita menghadapi dua permasalahan pokok, yaitu permasalahan kebahasaan dan permasalahan non kebahasaan. Yang termasuk permasalahan kebahasaan misalnya pemilihan kata, penyusunan kalimat, dasar-dasar komposisi dan makna baik makna kata maupun makna kalimat. Yang termasuk permasalahan non kebahasaan misalnya bentuk surat yang digunakan, amplop yang digunakan, pelipatan kertas surat, dan penyimpanan arsip. Permasalahan kebahasaan akan kita bicarakan terlebih dhulu pada kesempatan kali ini. Sedangkan permasalahan non kebahasaan akan kita ulas berikutnya.
A. Ciri-ciri Bahasa Tulis
Jika membicarakan bahasa surat dinas, kita harus menyadari bahwa bahasa dalam surat dinas merupakan bahasa tulis. Ciri-ciri bahasa tulis berbeda dengan ciri-ciri bahasa lisan. Teew (1984:26-38) sudah membicarakan ciri-ciri bahasa tulis. Dan rangkumannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Lisan
Bahasa lisan
2. Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) secara eksplisit (nyata) dan konsisten (ajek). Contohnya tersaji di bawah ini;
Perlu diketahui bahwa bentuk tugas itu pada kalimat (1) butir (2) berfungsi subjek, bentuk bertempat tinggal pada kalimat (2) berfungsi predikat, dan bentuk koran pada kalimat (3) berfungsi objek. Oleh karena itu, bentuk-bentuk yang mengandung ketiga bentuk itu merupakan kalimat baku. Kalimat-kalimat yang bersebelahan dengan ketiga kalimat itu tidak baku karena tidak bersubjek pada kalimat (1), tidak berpresikat pada kalimat (2), dan tidak berobjek pada kalimat (3).
3. Terbatasnya unsur-unsur leksikal dan gramatikal dari dialek-dialek regional dan bahasa-bahasa daerah yang belum dianggap sebagai unsur bahasa Indonesia. Contohnya sebagai berikut;
Ketiga bentuk yang berada di sebelah kiri merupakan kalimat baku karena semua kata-katanya merupakan kata bahasa Indonesia. Ketiga bentuk yang berada di sebelah kanan merupakan kalimat tidak baku karena ketiga kalimat itu mengandung kata bahasa Jawa, yaitu sowan pada kalimat (1), kata haturkan pada kalimat (2), dan kata didawuhi pada kalimat (3).
4. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena (jika ada) secara nyata dan ajek. Contohnya tersaji di bawah ini.
Bentuk di sebelah kiri merupakan kalimat baku karena mengandung kunjungsi bahwa pada kalimat (1) dan (2) dan konjungsi karena pada kalimat (3). Ketiga kalimat di sebelah kanan tidak baku karena tidak mengandung konjungsi.
5. Pemakaian frase verbal aspek+ageng+verba (jika ada) secara ajek. Contohnya tersaji di bawah ini.
Bentuk-bentuk yang berada di sebelah kiri merupakan kalimat baku karena struktur frase verbalnya sudah benar. Ketiga frase verbal itu ialah sudah saya baca, telah saya kirim, dan sudah saya kembalikan.
6. Pemakaian konstruksi sintesis secara benar. Yang dimaksud konstruksi sintesis adalah konstruksi yang terbentuk dengan menggabungkan unsur-unsur tertentu. Contohnya sebagai berikut.
Bentuk bentuk yang berada di sebelah kiri diatas merupakan konstruksi sintesis dari bentuk yang berada di sebelah kanan.
7. Pemakaian partikel kah dan pun (jika ada) secara konsisten. Contohnya tersaji di bawah ini.
Ketiga kalimat yang berada di sebelah kiri di atas merupakan kalimat baku karena mengandung partikel -kah pada kalimat (1) dan (3) dan mengandung partikel pun pada kalimat (2). Kalimat-kalimat yang berada di sebelah kanan tidak baku karena tidak mengandung partikel-partikel itu.
8. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menandai bahasa Indonesia nonbaku. Contohnya sebagai berikut.
Perlu disadari bahwa bentuk-bentuk yang harus dikembangkan penggunaannya dalam bahasa surat adalah bentuk-bentuk yang baku.
A. Ciri-ciri Bahasa Tulis
Jika membicarakan bahasa surat dinas, kita harus menyadari bahwa bahasa dalam surat dinas merupakan bahasa tulis. Ciri-ciri bahasa tulis berbeda dengan ciri-ciri bahasa lisan. Teew (1984:26-38) sudah membicarakan ciri-ciri bahasa tulis. Dan rangkumannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Lisan
- Dalam bahasa lisan, unsur suprasegmental (aksen, nada, tekanan) dan paralingual (gerak-gerik tangan, mata, kepala) memberikan sumbangan yang hakiki terhadap keberhassilan komunikasi.
- Komunikasinya terjadi secara langsung dan spontan sehingga jika pembicara salah dalam berucap, kesalahannya sudah didengar lawan bicara.
- Kalimat-kalimat yang kurang baik strukturnya tidak begitu menghambat komunikasi sehingga kesannya ada sedikit kelonggaran terhadap aturan-aturan yang ada.
b. Bahasa Tulis
- Dalam bahasa tulis, sarana suprasegmental dan paralingual seperti itu tidak ada, sehingga penulis harus mengungkapkan sesuatu dengan jelas dan berhati-hati dalam menyusun kalimat.
- Komunikasinya terjadi secara tidak langsung sehingga bahasanya dapat lebih tertata dan jika ada kesalahannya, kesalahan itu dapat diperbaiki.
- Kalimat yang strukturnya kurang baik menghambat komunikasi sehingga tidak dapat digunakan dalm aturan-aturan yang ada (kemunculan subjek, predikat, dan objek) harus dipatuhi.
Bahasa lisan
- Unsur-unsur fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) tidak selalu ditanyakan.
- Kejelasan makna dibentuk oleh panjang pendeknya suara dan tinggi rendahnya.
- Bahasanya sangat terikat oleh kondisi, situasi, ruang dan waktu sehingga apa yang dibicarakan dalam ruangan hanya berlaku untuk waktu itu dan hanya simengerti oleh orang yang ada di ruangan itu.
- Unsur-unsur fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) harus dinyatakan.
- Kejelasan makna dibantu oleh penggunaan ejaan yang tepat.
- Bahasanya tidak terikat oleh kondisi, situasi dan waktu sehingga apa yang ditulis dapat dimengerti oleh orang yang tidak ada di ruangan itu dan pada waktu dan tempat yang lain.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku.
Berkomunikasi dengan surat dinas bersifat resmi. Agar keresmian itu semakin tampak nyata, bahasanya harus beragam baku atau beragam standar. Ciri-ciri bahasa Indonesia baku sudah dipaparkan oleh Kridalaksana (1975:15-16), yang rangkumannya sebagai berikut;
1. Pemakaian prefiks (awalan) me- dan ber- secara eksplisit (nyata) dan konsisten (ajek). Contohnya sebagai berikut:
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Irak menyerang Kuwait | 1. Irak nyerang Kuwait |
2. Ia sudah mengirimkan berkas | 2. Ia sudah ngirimkan berkas |
3. Kuliah sudah berjalan dengan baik | 3. Kuliah sudah jalan dengan baik |
2. Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) secara eksplisit (nyata) dan konsisten (ajek). Contohnya tersaji di bawah ini;
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Tugas itu harap dilaksanakan dengan baik. | 1. Harap dilaksanakan dengan baik. |
2. Ia bertempat tinggal di Jalan Mataram 30, Yogyakarta. | 2. Ia di Jalan Mataram 30, Yogyakarta. |
3. Ayah sedang membaca koran di teras. | 3. Ayah sedang membaca di teras. |
3. Terbatasnya unsur-unsur leksikal dan gramatikal dari dialek-dialek regional dan bahasa-bahasa daerah yang belum dianggap sebagai unsur bahasa Indonesia. Contohnya sebagai berikut;
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Kami akan menghadap Bapak pada hari Sabtu, pukul 11.00. | 1. Kami akan sowan Bapak pada hari Sabtu, pukul 11.00 |
2. Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima kasih. | 2. Atas perhatian Bapak, saya haturkan terima kasih. |
3. Saya belum diperintah pergi. | 3. Saya belum didawuhi pergi. |
4. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena (jika ada) secara nyata dan ajek. Contohnya tersaji di bawah ini.
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Ia mengetahui bahwa tersangka penganiaya Udin sudah dilepaskan. | 1. Ia mengetahui tersangka penganiaya Udin sudah dilepaskan. |
2. Diketahui bahwa Soerjadi gagal melakukan konsolidasi. | 2. Diketahui Soerjadi gagal melakukan konsolidasi. |
3. Anak itu dilepaskan karena ia tidak bersalah. | 3. Anak itu dilepaskan, ia tidak bersalah. |
5. Pemakaian frase verbal aspek+ageng+verba (jika ada) secara ajek. Contohnya tersaji di bawah ini.
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Surat Anda sudah saya baca. | 1. Surat Anda saya sudah baca. |
2. Berkas Anda telah saya kirim. | 2. Berkas Anda saya telah kirim. |
3. Bukumu sudah saya kembalikan. | 3. Bukumu saya sudah kembalikan. |
6. Pemakaian konstruksi sintesis secara benar. Yang dimaksud konstruksi sintesis adalah konstruksi yang terbentuk dengan menggabungkan unsur-unsur tertentu. Contohnya sebagai berikut.
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. harganya | 1. dia punya harga |
2. mereka | 2. dia orang |
3. memberitahukan | 3. kasih tahu |
7. Pemakaian partikel kah dan pun (jika ada) secara konsisten. Contohnya tersaji di bawah ini.
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Bagaimanakah cara memakai alat ini? | 1. Bagaimana cara memakai alat ini? |
2. Ia pun kembali ke desanya. | 2. Ia kembali ke desanya. |
3. Siapakah nama gadis itu? | 3. Siapa nama gadis itu? |
8. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menandai bahasa Indonesia nonbaku. Contohnya sebagai berikut.
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. silakan | 1. silahkan |
2. harap | 2. coba |
3. pada malam minggu | 3. di malam minggu |
4. dengan | 4. sama |
5. tetapi | 5. tapi |
6. anda, saudara | 6. situ |
7.___ | 7. deh |
8. mengatakan | 8. bilang |