Persiapan Menyusun Rancangan Penelitian

Dalam pelaksanaan sebuah penelitian, haruslah terlebih dahulu menyusun sebuah rancangan penelitian. Dengan rancangan penelitian yang matang akan menjadikan pelaksanaan penelitian berjalan lancar tanpa adanya hambatan serta menghasilkan suatu kebenaran yang dapat dipercaya. Melalui rancangan inilah segala sesuatu telah dipersiapkan, mulai dari topik penelitian, judul penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian sampai pada pendekatan penelitian. Kesemua ini ditentukan dalam rancangan penelitian. Apa itu rancangan penelitian dan bagaimana menentukan topik, judul, masalah, subjek dan pendekatan sosial?

1. Pengertian dan Manfaat Rancangan Penelitian
Sebagaimana telah diungkapkan di depan, bahwa rancangan penelitian disusun sebelum melakukan penelitian. Rancangan penelitian digunakan sebagai dasar atau patokan dalam melakukan penelitian agar pelaksanaannya dapat berjalan secara benar, baik, dan lancar. Lantas apa yang dimaksud dengan rancangan penelitian? Bersama teman sebangkumu, cobalah jawab pertanyaan tersebut. Rancangan penelitian adalah pokok-pokok perencanaan seluruh penelitian yang tertuang dalam suatu kesatuan naskah secara ringkas, jelas, dan utuh. Biasanya rancangan penelitian berisi judul penelitian, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, hipotesis, metodologi penelitian, dan tinjauan kepustakaan. Tidak adanya rancangan penelitian dapat dipastikan, penelitian tidak akan berjalan lancar. Oleh karenanya, rancangan penelitian mempunyai manfaat yang besar bagi kelancaran sebuah penelitian.

Adapun manfaat tersebut antara lain:
  1. Rancangan penelitian memberi pegangan yang jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitian. Sebagaimana seorang teknik sipil yang akan membangun sebuah jembatan. Seorang teknik sipil tahu betul bahan-bahan apa yang akan digunakan, ukuran-ukuran dan bentuk-bentuk serta waktu pelaksanaan yang tepat dalam membangun jembatan. Kesemua itu ditentukan dalam rancang bangun. Tanpa adanya sebuah rancang bangun, apa yang akan terjadi dalam membangun jembatan? Tentunya akan menghasilkan sebuah jembatan dengan kualitas yang buruk. Demikian pula, penelitian sosial memerlukan rancangan penelitian untuk hasil yang dapat dipercaya.
  2. Rancangan penelitian menentukan batas-batas penelitian yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Dalam rancangan penelitian dijelaskan pula tentang tujuan penelitian. Dengan tujuan penelitian maka peneliti mempunyai arah dan petunjuk yang tepat dalam penelitian sehingga kegiatan penelitian menjadi terpusat kepada objek yang benar.
  3. Rancangan penelitian memberikan gambaran tentang apa yang harus dilakukan dan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi saat penelitian. Dengan rancangan penelitian, seorang peneliti mampu mengambil sikap dan keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah saat penelitian.
2. Menentukan Topik Penelitian
Pada umumnya sebelum rancangan penelitian disusun, seorang peneliti diharuskan menentukan topik penelitian terlebih dahulu. Topik penelitian dijadikan sebagai tema penelitian. Topik adalah pokok permasalahan dari suatu penelitian. Di dalam penelitian, topik penelitian disebut juga masalah penelitian. Hal ini dikarenakan masalah merupakan objek atau sasaran penelitian yang akan dipecahkan melalui penelitian ilmiah. Apabila ditilik dari konsepnya, masalah adalah keadaan yang dianggap sebagai suatu kesulitan yang perlu diselesaikan. Dalam kehidupan ini masalah dapat ditemukan di segala bidang kehidupan seperti bidang politik, ekonomi, hukum, pertahanan dan keamanan, sosial, dan lain-lain. Contoh masalah di lingkup sosial berupa kemiskinan, kemerosotan moral, padatnya jumlah penduduk, dan lain-lain.

Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang mengungkapkan adanya hubungan antarvariabel yang ingin ditemukan jawabannya. Masalah penelitian dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari, berbagai tulisan di media massa, hasil penelitian orang lain atau pribadi, hasil pembicaraan masyarakat luas, diskusi-diskusi ilmiah, seminar, dan lain-lain. Tidak semua masalah yang menarik dapat dijadikan sebagai topik penelitian. Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan masalah sebagai topik penelitian. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan topik penelitian, menurut Suryati Sidharta sebagai berikut.
  1. Topik dipandang penting dan cukup menarik untuk diteliti.
  2. Peneliti mempunyai potensi keahlian dalam bidang yang akan diteliti.
  3. Ada sumber data yang memadai.
  4. Topik tersebut dapat memberi kontribusi pada pengembangan ilmu.
  5. Ada ketercukupan data.
  6. Topik tersebut tidak terlalu sederhana dan tidak terlalu sulit.
3. Menentukan Judul Penelitian
Setelah topik ditemukan, dengan memerhatikan ketentuanketentuan di atas, maka langkah berikutnya adalah menetapkan judul. Meskipun judul tidak harus mewakili secara keseluruhan akan makna yang terkandung dalam topik, namun paling tidak judul diharapkan mewakili topik penelitian yang dimaksud. Judul penelitian diambil dari topik penelitian yang dirumuskan dalam bentuk kalimat. Fungsi pokok judul penelitian adalah menunjukkan kepada pembaca inti dari objek penelitian, subjek penelitian, dan sifat penelitian yang digunakan.

Di dalam menentukan judul penelitian ada beberapa pedomanpedoman yang perlu diperhatikan, antara lain:
  1. Judul harus ditulis secara singkat, padat, dan jelas.
  2. Judul harus mencerminkan spesifikasi permasalahan yang diteliti.
  3. Judul harus memuat variabel-variabel utama yang dilibatkan dalam penelitian.
  4. Judul harus menyebutkan secara jelas jenis hubungan antarvariabel.
  5. Judul harus mengungkapkan objek yang diteliti.
4. Merumuskan Masalah Penelitian
Setelah topik permasalahan dan judul penelitian diperoleh, maka topik tersebut harus dirumuskan secara eksplisit di dalam rancangan penelitian. Masalah-masalah yang akan dirumuskan harus memerhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
  1. Menggunakan kalimat pertanyaan.
  2. Mengungkapkan variabel-variabel penelitian.
  3. Mengungkapkan jenis hubungan antarvariabel yang ada.
  4. Mengungkapkan objek penelitian.
Contoh rumusan masalah penelitian.
”Apakah tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan PT Sentosa Jaya?”
Dari rumusan masalah tersebut dapat ditemukan adanya dua variabel, yaitu:
  • a. Variabel bebas: latar belakang pendidikan.
  • b. Variabel tergantung: prestasi kerja karyawan.
Apabila dilihat dari fungsinya dalam penelitian, terdapat dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.
  1. Variabel bebas yaitu variabel yang diduga sebagai sebab munculnya variabel lain. Variabel ini dimanipulasi, diamati, diukur untuk mengetahui hubungan dengan variabel lain. Variabel tergantung disebut juga variabel independen.
  2. Variabel tergantung yaitu variabel yang muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel bebas. Variabel ini diamati dan diukur untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas. Variabel ini disebut juga variabel dependen.
Secara umum, masalah penelitian dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu:
  1. Permasalahan deskriptif, yaitu permasalahan yang hanya berkenaan dengan satu atau dua pokok masalah penelitian, tanpa membandingkan atau menghubungkan dengan hal lain. Contoh: Bagaimana sikap karyawan pabrik terhadap kenaikan upah minimum regional?
  2. Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan yang ingin membandingkan suatu hal atau variabel tertentu pada dua kelompok sampel yang berbeda. Contoh: Mana yang lebih tinggi prestasi belajar antara siswa yang aktif di kegiatan ekstrakurikuler dengan siswa yang tidak aktif?
  3. Permasalahan asosiatif adalah permasalahan penelitian yangbersifat mengembangkan dua atau lebih variabel.
Permasalahan asosiatif ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
  1. Hubungan simetris adalah suatu permasalahan yang menunjukkan adanya hubungan dua variabel atau lebih yang bersifat sejajar. Artinya, variabel-variabel saling memengaruhi. Contoh: Apakah ada hubungan antara ketaatan beribadah dengan pergaulan bebas?
  2. Hubungan kausal adalah suatu permasalahan yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antardua variabel atau lebih. Contoh: Seberapa besar pengaruh gaya mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa?
5. Menentukan Subjek Penelitian
Di dalam sebuah penelitian, pemilihan subjek penelitian sangatlah penting. Salah dalam memilih subjek penelitian dapat dipastikan hasil penelitian tidak akurat. Lantas, apa yang dimaksud subjek penelitian? Subjek penelitian adalah sumber tempat kita memperoleh keterangan atau data penelitian. Pemilihan subjek penelitian harus sesuai dengan objek penelitian. Dalam hal ini, objek penelitian adalah topik penelitian. Berdasarkan objek penelitian, kita dapat menemukan subjek mana yang akan kita pilih sebagai sumber data. Pada dasarnya, terdapat dua sumber data untuk mendapatkan subjek penelitian yaitu sampel dan populasi. Populasi adalah seluruh unsur atau elemen yang menjadi anggota dalam suatu kesatuan yang akan diteliti. Misalnya, peneliti akan meneliti tentang semangat belajar para pelajar di Jakarta. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pelajar di wilayah Jakarta. Penelitian populasi sangat sulit dilakukan, dikarenakan subjek penelitian yang terlalu luas. Oleh karenanya, dibutuhkan penyederhanaan subjek penelitian dengan cara penarikan sampel.

Sampel adalah bagian populasi yang dipilih untuk penelitian yang karakteristiknya dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel digunakan sebagai subjek penelitian, apabila peneliti bermaksud menarik kesimpulan atas suatu populasi tetapi peneliti mengalami kesulitan jika harus meneliti populasi secara keseluruhan. Misalnya, jika peneliti ingin meneliti gaya hidup siswa SMAN 3 Surakarta. Peneliti tidak perlu meneliti gaya hidup seluruh siswa SMAN 3 Surakarta. Untuk mengambil sebuah kesimpulan, seorang peneliti hanya perlu mengambil beberapa mahasiswa di berbagai fakultas yang dianggap mewakili. Hasilnya digeneralisasikan terhadap semua siswa di SMAN 3 Surakarta. Namun hal ini berbeda, apabila sifat penelitiannya adalah sensus. Dalam penelitian sensus, seluruh populasi diikutsertakan sebagai subjek penelitian. Proses pengambilan atau penentuan sampel disebut sampling. Dalam penelitian dikenal beberapa macam sampling, yaitu:

a. Sampel Acak Sederhana (Simpel Random Sampling)
Di dalam sampel acak, setiap anggota populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Kemungkinan untuk menjadi anggota sampel berlaku bagi semua individu-individu terlepas dari persamaan-persamaan maupun perbedaan di antara mereka sepanjang mereka itu menjadi anggota populasi. Misalnya, Dito adalah lelaki berumur 29 tahun berpendidikan sarjana, sedangkan Surti adalah wanita 20 tahun dan buta huruf, keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai anggota sampel, sepanjang mereka itu merupakan anggota sampel. Penentuan sampel melalui simpel random sampling dapat dilakukan dengan undian.

b. Sampel Terstratifikasi (Stratified Sampling)
Teknik ini digunakan apabila yang diteliti terdiri atas beberapa tingkat. Misalnya, peneliti ingin meneliti sikap siswa terhadap cara-cara penilaian guru. Oleh karena siswa terdiri atas kelas satu, dua, dan tiga, peneliti harus mengambil sampel dari tiap-tiap kelas. Teknik ini sering disebut dengan penarikan sampel secara proporsional atau proportional sampling. Hal ini dikarenakan penarikan sampel, dalam teknik ini memerhatikan perimbangan jumlah unit-unit di dalam setiap subpopulasi. Keuntungan stratified random sampling adalah lebih hemat daripada random sampling. Hal ini karena random sampling memerlukan sampel yang lebih besar agar semua lapisan atau golongan dapat terjaring di dalam sampel. Bagi stratified random sampling, terjaringnya golongan-golongan atau lapisan-lapisan di dalam sampel sudah terjamin. Dengan stratified random sampling yang terwakili bukan saja golongan atau lapisan tetapi juga variabel-variabel penelitian yang dikehendaki untuk diteliti secara simultan di dalam sampelnya.

c. Sampel Rumpun (Cluster Sampling)
Pengambilan sampel secara cluster pada hakikatnya sama dengan pengambilan sampel secara acak dengan perbedaan bahwa setiap unit sampelnya adalah kumpulan atau cluster dari unsurunsur. Misalnya, jika peneliti berkehendak untuk meneliti murid-murid SMA di sebuah sekolah. Peneliti menarik unit sampelnya bukan murid-murid secara individual, tetapi terlebih dahulu unit sampelnya adalah kelas-kelas di sekolah itu yang terdiri atas kelas satu sampai dengan kelas tiga. Dari kelas satu secara random terpilih kelas XC. Dari kelas dua terpilih kelas XIA. Dari kelas tiga terpilih secara random kelas XII IPA1. Setelah peneliti dapat memilih secara random unit-unit sampel secara cluster, langkah berikutnya adalah memilih sampel dari kelaskelas itu sejumlah murid sebanyak yang dikehendaki. Cluster sampling juga dapat disebut area sampling. Istilah ini dipakai apabila kerangka sampelnya tersusun berdasarkan pada wilayah tertentu yang luas. Area sampling umumnya dipakai apabila kita tidak mungkin dan tidak praktis untuk mengambil sampel di suatu daerah yang luas. Misalnya, peneliti hendak meneliti pandangan ibu-ibu tentang nilai anak di Kabupaten A. Jika peneliti mendaftar ibu-ibu di seluruh Kabupaten A adalah tidak praktis dari segi waktu, tenaga, dan biaya cukup memboroskan. Oleh karenanya, peneliti dapat menempuh dengan cara pengambilan sampel wilayah secara bertingkat. Tingkat pertama, Kabupaten A terdiri atas kecamatan-kecamatan, kemudian peneliti pilih kecamatan-kecamatan yang dapat mewakili Kabupaten A sesuai dengan kebutuhan penelitian peneliti. Tingkat kedua, dari kecamatan-kecamatan yang terpilih sebagai sampel itu peneliti memilih lagi desa-desa yang dianggap dapat mewakili keadaan kecamatan-kecamatannya. Apabila desa masih dianggap terlalu luas, maka dapat menggunakan prosedur yang sama menentukan dukuh sebagai wilayah terkecil penelitian. Keuntungan dari cluster sampling maupun area sampling yaitu menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Sedangkan kerugiannya, karena caranya dilakukan bertingkat-tingkat, pada setiap tingkat dapat terjadi kesalahan. Ada kemungkinan sampel-sampel yang ditarik pada setiap tingkat tidak mewakili populasi atau subpopulasinya, atau pada tingkat pertama masih representatif terhadap populasinya, sedangkan pada tingkat kedua sudah tidak lagi representatif.

d. Sampel Purposif (Purposive Sampling)
Pengambilan sampel secara purposif pada hakikatnya adalah suatu pengambilan sampel dengan mendasarkan diri pada pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Misalnya, seorang peneliti ingin meneliti bagaimana proses interaksi para penyandang cacat. Setiap sampel yang dipilih berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh peneliti. Contoh sampel adalah penyandang cacat dengan tingkat kecacatan tertentu.

e. Sampel Insidental (Insidental Sampling)
Cara pengambilan sampel ini dilakukan secara kebetulan dengan tidak menggunakan perencanaan. Peneliti semata-mata memilih siapa saja yang dapat diraih pada saat penelitian diadakan sebagai respondennya. Sebagai contoh, kita akan meneliti penggunaan waktu belajar siswa, responden yang kita ambil siapa saja siswa yang kita temui.

f. Sampel Bola Salju (Snow Ball Sampling)
Snow ball sampling merupakan penarikan sampel bertahap yang makin lama jumlah respondennya semakin bertambah besar. Penarikan sampel dengan snow ball dapat diibaratkan dengan sebuah bola salju yang semula kecil berkembang menjadi membesar seraya dia menggelinding dari bukit. Cara pengambilan sampel ini berlangsung secara berantai dari satu responden kepada responden lain berdasarkan informasi dari responden pertama. Umumnya responden pertama adalah orang yang dianggap paling mengetahui.

6. Menentukan Pendekatan dalam Penelitian Sosial
Dalam menyusun rancangan penelitian ditentukan pula pendekatan penelitian sosial. Melalui pendekatan ini, peneliti mampu melihat objek penelitian secara lebih jelas. Namun, perlu diketahui bahwa kesalahan memilih pendekatan akan memengaruhi kevalidan sebuah penelitian. Oleh karenanya, pemilihan pendekatan penelitian harus disesuaikan dengan objek penelitian.

Secara umum terdapat dua macam pendekatan utama dalam penelitian yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.

a. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang berusaha menangkap kenyataan sosial secara keseluruhan, utuh, dan tuntas sebagai suatu kesatuan kenyataan. Menurut pendekatan ini, objek penelitian dilihat sebagai kenyataan hidup dinamis, dan memiliki dimensi pikiran, perasaan, dan subjektivitas yang unik. Melalui pendekatan ini, peneliti berupaya menghasilkan data yang sifatnya deskriptif, yaitu data yang diucapkan atau ditulis oleh objek penelitian itu sendiri dan perilaku mereka yang dapat diamati. Termasuk dalam pendekatan ini adalah metode grounded research, metode ethnografis, dan metode historis.

b. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang berusaha untuk mengungkap kenyataan sosial dengan melihat saling ketergantungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Di dalam pendekatan ini, objek penelitian dilihat sebagai fakta atau variabel yang tetap dan dapat diangkakan (dikuantifikasikan) serta hasilnya dapat diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik-teknik statistik. Termasuk dalam pendekatan ini adalah metode penelitian survei dan metode eksperimen.
LihatTutupKomentar