Peninggalan Sejarah Bercorak Buddha di Indonesia

Agama Buddha pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-5 M. Kedatangannya bersamaan waktunya dengan masuknya ajaran agama Hindu. Agama Buddha diterima baik di masyarakat karena tidak mengenal kasta. Semua golongan dianggap mempunyai kedudukan yang sama. Bahkan, kelompok Waisya dan Sudra banyak yang berpindah ke agama Buddha, karena dalam agama Hindu mereka dianggap kasta rendah.

Jadi, inti ajaran Buddha adalah sebagai berikut. 
  1. Tidak percaya adanya dewa. 
  2. Tidak mengenal kasta. 
  3. Orang berjuang untuk mencapai nirwana harus melaksanakan Arya Setyani (empat kenyataan hidup) yaitu hidup itu sengsara, sengsara muncul karena nafsu, nafsu yang jahat harus dibinasakan, dan untuk membinasakan nafsu melalui hastamarga.

Kerajaan Buddha terbesar di Asia Tenggara adalah Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 di Palembang, Sumatra Selatan. Bukti-bukti yang menunjukkan adanya Kerajaan Sriwijaya ditunjukkan oleh prasasti-prasasti yang ditulis huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno berikut ini.
  1. Prasasti Kedukan Bukit (683 M) di Palembang.
  2. Prasasti Talang Tuo (684 M) di Palembang.
  3. Prasasti Telaga Batu (tanpa tahun) di Palembang.
  4. Prasasti Kota Kapur ( 686 M) di Pulau Bangka.
  5. Prasasti Karang Berahi (686 M) di Jambi.
  6. Prasasti Palas Pasemah (abad ke-7 M) di Lampung Selatan
Pada awalnya Sriwijaya Berpusat di Sungai Kapur, Riau. Namun, setelah mempunyai armada laut yang kuat, Sriwijaya mulai meluaskan daerahnya sampai meliputi Tulang Bawang (Lampung), Pulau Bangka (dekat Palembang), Jambi (Sungai Batanghari), Kerajaan Kaling dan Mataram (Jawa Tengah), serta Kedah (Semenanjung Melayu/Malaysia), hingga Tanah Genting Kra (Malaysia).

Sriwijaya disebut kerajaan maritim/kerajaan laut (sarjawala) karena mempunyai wilayah perairan yang luas dan angkatan laut yang kuat. Dalam perkembangannya, Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan pusat agama Buddha.

1 . Sebagai Pusat Perdagangan
Letak Sriwijaya yang strategis di jalur perairan dunia membuat perdagangan menjadi maju. Sriwijaya menjadi pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara, Cina, dan India. Mereka bertemu dan berdagang di Sriwijaya. Sementara dalam perdagangan antar daerah di Indonesia, Sriwijaya menjadi pusat dan pintu perdagangan Indonesia dengan Barat. Kapal-kapal yang singgah ke Sriwijaya antara lain dari Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Cina, India, Persia, Filipina, dan Campa.

2 . Sebagai Pusat Agama Buddha
Dalam bidang agama, Sriwijaya menjadi pusat pendidikan dan persebaran agama Buddha. Banyak pendeta Buddha yang datang untuk memperdalam agama Buddha, seperti I- Tsing dari Cina, serta guru agama Buddha dari India, yaitu Sakyakirti dan Dharmapala. Sebaliknya, banyak juga para pemuda Sriwijaya yang belajar dan memperdalam agama Buddha di Perguruan Tinggi Nalanda, India. Selain itu, banyak berdiri candi atau bangunan suci sebagai tempat beribadah umat Buddha, misalnya Candi Muaratakus.

Kerajaan Sriwijaya mengalami puncak kejayaan pada tahun 850 M. Masa kejayaan berlangsung selama pemerintahan Raja Balaputradewa, di mana rakyat hidup tenteram dan makmur. Namun, Kejayaan Sriwijaya mulai surut pada abad ke-11 karena faktor-faktor berikut ini.
  1. Setelah Balaputradewa wafat, tidak ada lagi raja yang cakap memerintah.
  2. Letak Palembang yang jauh dari laut membuat kapal-kapal tidak mau singgah dan mencari tempat lain untuk berlabuh.
  3. Banyak wilayah bawahan yang melepaskan diri, misalnya Jawa Tengah dan Melayu.
  4. Serangan dari kerajaan lain, seperti dari Kerajaan Colamandala, India Selatan (1017 M); ekspedisi Pamalayu dari Kerajaan Singasari (1275 M), dan serangan Majapahit (1377 M).
Nah, setelah berdirinya kerajaan Majapahit di Jawa Timur, Kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 1377 M tenggelam dan tidak berkuasa lagi. Hal ini berarti berakhir pula riwayat kerajaan bercorak Buddha tertua di Indonesia ini.

Banyaknya kerajaan yang bercorak Buddha di Indonesia mewariskan beragam peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah tersebut terdiri bermacam bentuk, ada yang berbentuk bangunan, seni patung (arca-arca), seni pahat dan ukir (relief), serta kesusastraan (kitab-kitab).

Candi bagi umat Buddha memiliki fungsi sebagai makam raja-raja. Pada bagian dalam candi biasanya terdapat arca-arca, sedangkan pada dinding luarnya banyak pahatan yang disebut relief.

Berikut ini beberapa candi di Jawa dan Sumatra yang merupakan peninggalan sejarah Buddha.
  1. Candi Borobudur di Jawa Tengah, yang didirikan tahun 770 M.
  2. Candi Kalasan di Jawa Tengah, meru-pakan candi Buddha tertua di Pulau Jawa yang didirikan pada tahun 778 M.
  3. Candi Mendut di Jawa Tengah, yang didirikan pada masa Dinasti Syailendra.
  4. Candi Sewu di Jawa Tengah.
  5. Candi Plaosan di Jawa Tengah.
  6. Candi Sumberawan di Jawa Timur.
  7. Candi Muara Takus di Sumatra.
Adapun peninggalan sejarah berupa arca di Indonesia yang terpenting adalah arca Syiwa, Brahma, Wisnu, Buddha, dan Dyani Boddhisatwa.
LihatTutupKomentar